Bukit Tangkiling terletak kurang
lebih 34 Km dari kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Bukit Tangkiling yang
tingginya kurang lebih 500 m , dipercaya menyimpan berjuta legenda dan kekuatan
magis. Berdiri kokoh, menjulang langit di perbatasan Kelurahan
Banturung-Tangkiling Kecamatan Bukit Batu, Palangkaraya. Perlu waktu kurang
lebih 40 menit untuk mencapai puncaknya.
Tempat ini biasanya ramai
dihari-hari libur karena banyak orang yang berekreasi ke tempat ini, di Bukit
Tangkiling terdapat sebuah batu yang berbentuk seperti perahu, konon ceritanya
pada dahulu kala batu ini adalah sebuah perahu yang berubah menjadi batu
(basaluh) oleh yang Maha kuasa karena terjadinya sebuah pali (pantangan)
ceritanya hampir mirip dengan legenda Sangkuriang dan Watu Gunung.
Konon, dahulu, daerah sekitarnya
berupa sungai, seluas mata memandang, yang tampak air semata. Bukit dan daratan
sekitarnya terbentuk karena kutukan.
*******
Pada masa lampau Pulau Kalimantan
merupakan bagian dari lautan yang daratannya hanya sedikit yaitu daerah
tengah dan daerah timur pulau borneo sekarang.
Saat itu terdapat kampung di daratan
yang terletak di tepi Sungai Sebangau, hiduplah seorang seorang janda yang
ditinggal mati suaminya dengan anak laki-lakinya yang berusia 6 tahun. Janda
ini dikenal dengan nama Bawi Kuwu (berarti wanita cantik dan awet muda).
Pada suatu hari, ketika si anak sedang bermain bersama
teman – temannya, dia merasa lapar dan pulang ke rumah untuk makan.
Sesampainya di rumah, didapatinya
ibunya sedang memasak nasi goreng yang digoreng tanpa minyak (bari sanga).
Mencium aroma masakan yang sedap itu, si anak tidak sabar ingin segera makan.
Dia menangis dan merengek-rengek pada ibunya... Bawi Kuwu mencoba untuk tidak
menghiraukan rengekan anaknya, tapi lama kelamaan habis juga kesabarannya.
Dengan marah dia mengayunkan solet (suruk : alat buat menggoreng) yang secara
tidak sengaja menghantam kepala anaknya, sehingga mengalir darah segar. Si anak
merasa kaget dan kesakitan, dia berlari keluar dari rumah, dia merasa ibunya
sudah tidak menyayangi dirinya lagi.
Melihat anaknya yang lari keluar
rumah, Bawi Kuwu segera mengejarnya tapi dia kalah cepat. Bawi Kuwu mencari
anaknya ke sana kemari, tapi tidak berhasil menemukan anaknya juga. Dia
menyesali dirinya karena telah memukul kepala anaknya yang menyebabkannya
kehilangan anaknya satu-satunya itu.
****
Sementara itu si anak bersembunyi di
atas kapal yang sedang singgah di dermaga. Kapal itu berasal dari Cina, yang
membawa muatan dagangan keramik untuk dijual di kampung itu. Si anak tidak tahu
bahwa kapal itu sudah selesai bongkar muat di dermaga itu. Sudah terlambatlah
baginya untuk kembali ke kampungnya saat kapal itu melepas sauh dan berlayar
kembali ke negeri Cina.
Saat Kapten Kapal berkeliling
memeriksa kapalnya, dia menemukan si anak yang bersembunyi di balik suatu peti.
Kapten itu bertanya, "Hai anak kecil, dari mana kamu berasal, dan mengapa
kau ada di kapalku?"
Anak itu menjawab dengan gemetar
ketakutan, "Saya melarikan diri dari rumah tuan..."
Kapten itu memandangnya dengan penuh
selidik, "Mengapa kepalamu berdarah?"
Anak itu menjawab, "Karena
dipukul oleh ibu saya, karena itu saya melarikan diri dari rumah, saya merasa
bahwa ibu saya tidak menginginkan saya lagi."
Kapten itu kemudian berkata,
"Baiklah, karena kau tidak mungkin kembali ke kampungmu, maka ku ijinkan
kau untuk ikut kapalku. Tapi, kau harus bekerja seperti anak buahku yang
lain."
Kemudian oleh Kapten kapal, anak itu
dibawa menghadap Saudagar pemilik kapal itu. Saudagar menyuruh supaya luka di
kepala anak itu dirawat sampai sembuh. Dan oleh Saudagar kapal, anak itu diberi
nama Kilin.
Kilin tumbuh menjadi seorang pemuda
yang tampan dan kuat. Selain pandai, dia juga rajin bekerja. Saudagar semakin
sayang padanya, karena dia tidak mempunyai seorang anakpun, Kilin
diperlakukan seperti anaknya sendiri. Kilin dididik dengan berbagai ilmu.
Setelah dewasa, Kilin pun dipercaya
untuk berlayar ke negara-negara tetangga untuk menjual dagangan mereka. Bersama
Kapten kapa yang menemukannya dulu, mereka berlayar dari negeri ke negeri, dari
pulau ke pulau dan dari laut ke laut serta mengarungi samudera hingga sampailah
mereka ke tempat kampung si Kilin tadi berasal, di tepi sungai Sebangau.
Saat mereka singgah ke kampung ini
terlihatlah oleh Kilin seorang wanita cantik yang membawa barang-barang hasil
bumi untuk ditukarkan pada dagangan yang dibawa kapal miliknya. Saat itu lah
Kilin jatuh cinta pada wanita itu.
Segera Kilin menghampiri wanita itu
dan bertanya, "Hai gadis cantik, siapakah namamu?"
Wanita itu menjawab dengan
malu-malu, "Bawi Kuwu, tuan."
Kilin yang terpesona dengan kecantikan
wanita itu bertanya, "Maukah kau menjadi istriku?"
Awalnya Bawi Kuwu enggan menerima
lamaran Kilin yang masih muda itu, karena dia seorang janda.
Tapi Kilin yang sedang dimabuk
cinta, tidak peduli akan hal itu. Dia tetap berkehendak untuk mengawini wanita
cantik itu.
Setelah menikah ia membawa Bawi Kuwu
ke kapalnya, pada saat itu kapal besar disebut dengan nama Banama oleh
masyarakat Dayak dan pemiliknya disebut Bandar.
Sebelum berangkat tidur, Kilin
merebahkan kepalanya di pangkuan Bawi Kuwu. Bawi Kuwu mengelus-elus kepala
suaminya dengan lembut... Saat itulah dia menemukan bekas luka di balik
rambut suaminya.
Bawi Kuwu bertanya, "Suamiku,
mengapa ada bekas luka di kepalamu?"
Kilin menjawab, "Oh, luka itu
aku dapat karena dipukul oleh ibuku dengan solet... karena itu pula aku
melarikan diri dari rumah, karena aku merasa ibuku sudah tidak mencintaiku
lagi! Untunglah aku bertemu dengan Saudagar Cina yang baik hati, yang
mendidikku sampai aku dewasa..."
Betapa terkejutnya Bawi Kuwu
mendengar cerita suaminya itu... dengan wajah pucat dia berkata, "Akulah
ibumu yang memukulmu itu!"
Kilin bangkit dengan marah,
"Bohong! Mana mungkin ibuku masih muda dan cantik seperti kamu? Ibuku
pasti sudah tua dan keriput!"
Bawi Kuwu menjawab,
"Kecantikanku ini adalah anugerah dari Ranying Hatalla."
Kilin menertawakan can berkata,
"Bila yang kau katakan itu benar, biarlah Ranying Hatalla yang
membuktikannya!"
Esoknya Kilin menggelar upacara
dengan mendirikan Sangkaraya. Banyak orang penduduk kampung itu yang
diundang dalam upacara tersebut. Mereka beramai-ramai menikmati hidangan
makanan yang disediakan di sana.
Di tengah upacara itu berlangsung,
tiba- tiba datanglah angin ribut yang hebat dan awan tebal sekali.Petir sambar
menyambar, bunyi guntur bergemuruh, langit gelap gulita... terjadilah hujan
badai yang sangat hebat.
Kilin segera berlari ke kapalnya
yang berlabuh di sungai Sebangau. Di tengah badai itu, kapal (banama) yang
dimiliki Kilin berubah menjadi batu besar yang bentuknya mirip seperti kapal,
yang kemudian dikenal dengan nama Batu Banama.
Sangkaraya yang didirikan di tengah
kampung berubah menjadi Bukit Tangkiling yang paling tinggi puncaknya, di sana
terdapat Batu Kapit Dosa dengan Bawi Kuwu yang terjebak hidup-hidup di dalam
batu tersebut.
Selanjutnya da semacam upacara
penghormatan atau ritual yang dilakukan dekat batu itu, fungsinya meminta
pengampunan atas dosa yang telah dilakukan. Sesaji turut dihadirkan, terhampar
bermacam kue tradisional dan membakar kemenyan. Semua yang hadir dalam upacara
itu membaca doa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
Menurut kepercayaan setempat, bila
seseorang berbuat dosa, maka tidak akan bisa melewati sela kedua batu itu.
Sekarang ini Bukit Tangkiling ini
berada di tepi Sungai Rungan dan di kaki bukit Tangkiling ada sebuah desa yang
bernama Desa Tangkiling. Bukit Tangkiling kini telah menjadi objek wisata
Kalimantan Tengah.
Konon peristiwa ini terjadi pada
masa dinasti Tang, maka lokasi peristiwa ini dinamai Tangkilin,
penggabungan dari kata Tang dan Kilin, yang penyebutannya berubah
menjadi Tangkiling.
Sumber : https://www.facebook.com/KDdanCR
Foto yg d pasang lain bukit tangkiling tuh
BalasHapus